Suasana Haru Warnai Pidato SYL

Makassar, Gamasifm – Suasana haru mewarnai sidang paripurna terakhir Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang. Dalam pidatonya, SYL beberapa kali menangis, demikian juga para hadirin di ruang sidang.

Hal itu terjadi saat Rapat Paripurna Rekomendasi Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Selatan Atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ-AMJ) Gubernur Sulsel Tahun 2013-2018, di Kantor DPRD Sulsel, Selasa (6/1).

SYL di awal pidatonya langsung mengucapkan terima kasih kepada seluruh hadirin, terutama kepada Wagub Agus Arifin Nu’mang dan Sekda Sulsel Abdul Latief.

“Hari Senin, Pak Wagub terakhir mendampingi saya, pasti saya kehilangan orang baik. Hari itu juga, Pak Sekda akan bertugas di tempat lain. Sambutan Pak Ketua DPRD juga membuat lutut saya bergetar,” kata SYL.

Ia juga menambahkan, tidak pernah berpikir bahwa perjalanannya sebagai gubernur sudah akan berakhir dalam dua bulan.

“Sebelumnya, saya tidak pernah berpikir bahwa sebuah perjalanan bersama itu berakhir. Padahal persimpangan jalan itu kadang akhir dari sebuah proses perjalanan,” sebutnya.

SYL kemudian melanjutkan dengan memaparkan capaian Sulsel dan menanggapi 19 rekomendasi yang ada. Ia sangat mengapresiasi kerja dari DPRD Sulsel. Menurutnya, langkah-langkah upaya dilakukan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Dari rekomendasi ini, apa yang belum sempurna akan diperbaharui, maupun yang sementara berjalan dengan mengedepankan transparansi.

“Saya, kita semua sudah berusaha maksimal. Mempertaruhkan semua, apa yang saya miliki termasuk harga diri saya. Saya perhadapkan diri saya pada Allah, tidak ada satu sen pun saya terima yang bukan milik saya. Saya takut dengan rekomendasi yang bapak buat,” sebut SYL dengan nada bergetar, kemudian terdiam, dan kembali melanjutkan pidatonya.

Suasana hening, gubernur dua periode ini tak mampu menahan air matanya. Demikian juga dengan hadirin, baik dari kalangan dewan, OPD dan awak media yang hadir.

Selama perjalanan sebagai gubernur, ada banyak tantangan yang dihadapi.
Salah satu capaian Sulsel yang membekas di hati SYL adalah kitab La Galigo dan Perahu Pinisi yang menjadi warisan budaya dunia.

“Maafkan, ini panggung terakhir saya dengan Pak Agus dan Pak Sekda. Sebelum saya mengakhiri, kita memiliki La Galigo sebagai literasi terpanjang dunia dan Pinisi. Tanpa kita sadari, ini yang membuat kita orang Bugis Makassar, juga Toraja dan Luwu hebat,” ucap SYL.

Saat menyebutkan Toraja, SYL juga sempat terdiam dan kembali menangis.

Usai menyampaikan pidato, seluruh pimpinan, anggota dan staf DPRD Sulsel berfoto bersama, demikian juga jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) Sulsel. Suasana haru penuh tangis kembali terjadi saat SYL akan meninggalkan lokasi acara. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *