MAKASSAR (5/3/2018) GAMASIFM – Program Nongki atau Nongkrong Ki’ dari Bank Indonesia Sulsel, berhasil menekan laju inflasi di Sulawesi Selatam. Program Nongki adalah program yang ditujukan untuk mengendalikan inflasi, komoditas
utama penyumbang inflasi yang dipantau secara lebih intensif sehingga langkah pengendalian dapat dilakukan lebih dini. Hal ini tergambar dari pemaparan Kepala Kantor Perwakilan (KP) Bank Indonesia Sulsel, Bambang Kusmiarso di kantor BI Sulsel lantai 4, senin siang (5/3/2018).
Menurut Bambang, Tekanan Inflasi Sulsel pada Februari 2018 menurun dibanding bulan sebelumnya, “Inflasi Sulsel pada Februari 2018 tercatat 0,23% menurun dibanding Januari yakni 0,81%, Secara spasial inflasi bulanan tertinggi di Sulsel terjadi di Palopo, diikuti Bulukumba, Watampone, Makassar dan Parepare.”
Inflasi Sulsel pada Februari 2018 terutama didorong oleh kenaikan harga Bahan Makanan (0,76%, mtm) diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,37%, mtm). Meskipun secara umum mengalami inflasi, namun terdapat kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,22%, mtm) dan kelompok sandang (-0,07%, mtm).
Dalam gambar slide penjelasannya, bambang mengatakan andil terbesar inflasi Sulsel pada Februari 2018 berasal dari Komoditas Komoditas Beras (0,09%,mtm), Ikan Cakalang (0,04%, mtm), Ikan Bandeng (0,04%, mtm), Cabai Merah (0,03%, mtm), dan Rokok Putih (0,03%, mtm).
Meskipun secara umum mengalami inflasi, terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi seperti
angkutan udara (-0,09, mtm), bahan bakar rumah tangga (-0,04%, mtm), daging ayam ras (-0,04%, mtm),
pisang (-0,02%, mtm), dan sawi hijau (-0,02%, mtm).
Bambang memperkirakan pada bulan Maret, tekanan inflasi akan kembali menurun sejalan dengan adanya panen raya untuk komoditas pangan utama seperti beras dan palawija. “Disamping beberapa program regular pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bekerjasama dengan satgas pangan telah melakukan operasi pasar untuk menjaga kontinyuitas pasokan dan ekspektasi masyarakat agar stabilitas
harga lebih terjaga.” (**)