Gamasi, Makassar – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan Sulsel talk dengan tema Ekonomi Sulsel di Pusaran Perang Dagang Global 2.0: Menakar Risiko, Menjemput Peluang, Rabu (14/5) di kantor Bank Indonesia Sulsel.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. H. Jufri Rahman, M. Si. , dalam sambutannya menyoroti tantangan ekonomi global akibat Perang Dagang Global 2.0 yang mempengaruhi rantai pasok dan akses pasar internasional. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan berhasil mencapai 5,78% pada triwulan 1 2025. “Dalam menghadapi fenomena kebijakan tarif oleh Trump, pentingnya seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi sambil mencari peluang-peluang baru di tengah perang dagang ini. Upaya melakukan diversifikasi pasar ekspor, khususnya ke kawasan Asia dan Timur Tengah bisa menjadi salah satu solusi,” jelasnya.
Diskusi Sulsel Talk ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda, Mochammad Muchlasin selaku Kepala OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat serta Avliniani selaku Ekonom Senior di INDEF (Institute for Development Economics and Finance).
Paparan dari Rizki Ernadi Wimanda menyoroti kondisi ekonomi global yang diliputi oleh ketidakpastian tinggi, termasuk risiko geopolitik, tekanan suku bunga global, serta efek perlambatan ekonomi Tiongkok dan AS. Namun, secara regional, Provinsi Sulawesi Selatan masih menunjukkan resiliensi dengan pertumbuhan ekonomi triwulan 1 2025 yang mencapai 5,78% (yoy), melampaui ratarata nasional sebesar 4,87%. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor pertanian, perikanan, serta ekspor antar daerah yang membaik. Meskipun demikian, Rizki menggarisbawahi bahwa kinerja ekspor LN masih terbatas dan perlu penguatan.
Salah satu solusi yang ditawarkan yaltu dengan melakukan penjajakan perluasan pasar ekspor ke kawasan lainnya seperti Timur Tengah, Afrika dan Australia, Khusus Australia, kerja sama bilateral dapat dilakukan melallJl skema IA-CEPA (IndonesiaAustralia Comprehensive Economic Partnership Agreement),” ujar Rizki.
Senada dengan itu, Dr. Aviliani menegaskan bahwa rivalitas dagang global dan potensl kebijakan proteksionisme AS menjadi ancaman nyata bagi ekspor negara berkembang seperti Indonesia. Dalam situasi ini, ia mendorong Sulsel untuk tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi juga memperkuat hilinsasi dan industrialisasi berbasis komodltas unggulan lokal. Hal ini penting mengingat Sulsel memillki potensi ketahanan pangan dan energi yang kuat, seperti kakao, beras, minyak kelapa sawit, serta sumber energi geothermal dan angtn. Dengan memanfaatkan letak geografisnya yang strategis, Sulsel berpeluang menjadi hub perdagangan non-tradisional Indonesia dengan Afrika, sekaligus hub perdagangan Indonesia menuju ASEAN dan Pasifik, melalui optimalisasi jalur ALKI Il dalam pelayaran dan perdagangan internasional. Dr. Aviliani juga menekankan pentingnya implementasi strategi inclusive closed loop guna membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan melalui kolaborasi multi-stakeholder, sehingga IJMKM dapat terhubung dalam rantai nilai global (global value chain).
Sementara itu, Mochammad Muchlasin dari OJK menjelaskan bahwa sektor jasa keuangan di Sulsel tetap stabil dan menjadi penopang utama pemullhan ekonomi daerah. Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit produktif sebesar 53,92 0/0, dengan sektor perdagangan besar dan eceran menyumbang share tertinggi 22,94 0/0. Kredit UMKM tumbuh positif 1 , 14% (yoy), ditopang oleh kredit kecil (2,62 0/0) dan menengah (1 sementara kredit mikro yang mendominasi UMKM (54,93 0/0) tumbuh 0,40%.
“OJK juga mendorong inklusi dan literasi keuangan melalui program EKI dan EPIKS untuk memperluas akses pembiayaan serta memperkuat basis pelaku usaha ekspor potensial.
Dari hasil diskusi dan paparan narasumber di Sulsel Talk Periode Mei 2025, diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang kongkret, serta dapat diimplementasikan oleh berbagai pemangku kepentingan di daerah. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kolaborasi lintas stakeholder untuk senantiasa bersama-sama memperkuat fondasi ekonomi Sulawesi Selatan di tengah ketidakpastian global, ” ujar Mochammad Muchlasin. (*)