RADIOGAMASI.COM (5/2/2019) MAKASSAR – Sambaluk mungkin cukup familiar dengan kelong (lagu) seperti Ati Raja, Pakarena, Anging mammiri, Anak kukang yang merupakan kelong-kelong populer dari Sulawesi Selatan, khususnya Makassar.
Tapi, Tahu tidak sambaluk, tidak banyak yang mengetahui, jika beberapa di antara kelong daerah yang ada ternyata diciptakan oleh seorang musisi dari suku Tionghoa. Namanya Ho Eng Dji. Dialah pencipta kelong berjudul Sailong, Ati Raja dan Ammacciang yang begitu populer.
Saat masih kanak-kanak, Ho Eng Dji (1906-1960), mengikuti orang tuanya merantau dari daratan China ke Makassar. Ia terjun langsung ke dalam budaya Makassar dan ia dikenal sebagai sosok China perantauan yang mampu beradaptasi, bahkan melebur dalam budaya setempat.
Pada dekade tahun 1930-an hingga 1960-an, nama Ho Eng Dji sangat terkenal. Ia lebih banyak dikenal sebagai musisi yang melahirkan lagu-lagu daerah Makassar yang populer hingga saat ini. Hanya sedikit orang yang tahu kalau Ho Eng Dji juga banyak menulis syair-syair dalam bahasa Makassar.
Syair-syair itu disimpannya dalam sebuah kotak kayu. Pada tahun 1950 kumpulan syair itu ditemukan oleh Njoo Cheng Seng, yang lalu menjadikannya sebagai ilustrasi cerita roman “Tjilik”nya. Cerita ini terbit dua kali dalam sebulan pada saat itu di Jakarta. Roman “Tjilik” menggunakan bahasa Indonesia dan syair-syair Ho Eng Dji ditulis dalam bahasa daerah Makassar yang diterjemahkan Njoo Cheng Seng ke dalam bahasa Indonesia.
Latar belakang Ho Eng Djie menyatu dalam seni musik daerah Makassar di awali oleh rasa prihatinnya melihat persoalan diskriminasi di Makassar tentang perlakuan sikap buruk warga pribumi pada umumnya terhadap warga peranakan Cina.
Ho Eng Djie juga mendirikan Orkes bernama Kullu-Kulluwa. Orkes ini, adalah orkes lagu-lagu daerah Makassar, beberapa yang direkam di atas piring hitam (dahulu belum ada pita kaset). Ho Eng Djie berupaya membaur dengan warga asli melalui seni suara.
Saat ini nama Ho Eng Dji oleh Pemerintah Kota Makassar (sejak tahun 2012) ditetapkan sebagai sebuah nama jalan, menggantikan nama Jalan Jampea.(*)
Data : dari berbagai sumber.